Sabtu, 30 April 2011

Menulis Peristiwa, Dibalut Imajinasi


Anita di hadapan claser Pontianak.
PONTIANAK, CLASER –Sehari setelah peresmian wadah kreativitas kaum muda bernama Claser Community Centre, kegiatan berupa pelatihan penulisan digelar, Jumat (29/4/11) di rumah claser Jl Danau Sentarum, Pontianak. Sebanyak 30 anggota claser hadir mendengarkan paparan dari Anita Kastubi.

Anita adalah direktur lembaga konsultan komunikasi di Jakarta, yakni Bicara Communication, dan juga Direktur Operasional KLa Corporation, perusahaan label rekaman dan promotor event musik yang dibangun oleh group band KLa Project yang beranggotakan Katon Bagaskara-Lilo dan Adi Adrian.

Dia berbagi pengalaman tentang karirnya di dunia tulis menulis, di antaranya menulis cerita pendek, novel, dan lirik lagu. Para claser, mahasiswa dari beberapa perguruan seperti Universitas Tanjungpura, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP), Universitas Panca Bhakti (UPB), dan Politeknik, tampak serius mendengar penjelasan Anita.

“Dari sebuah peristiwa, bisa kamu ramu dengan imajinasi, untuk menghasilkan tulisan fiksi,” ujar Anita, yang telah menerbitkan novel berjudul “Ripta, Perjuangan Tentara Pecundang” ini.
Break time!
Dia pun memaparkan proses kreatif munculnya sejumlah cerita pendek, novel, dan lirik lagu buah karyanya. Satu di antaranya, saat menulis cerita pendek berjudul “Adegan Cembung”.

Cerita ini diinspirasi oleh peristiwa penggrebekan yang salah alamat. Pintu apartemennya digedor, rupanya petugas salah alamat.

"Saya mengamati semua proses ini lewat lensa cembung di pintu unit apartemen saya,” papar penulis lirik lagu "Mana Kutahu" yang dinyanyikan KLa Project di album terbarunya EXELLENTIA.

Karena penglihatan melalui lensa cembung itu sangat terbatas, kejadian berikutnya direka-reka melalui imajinasi. Anita menuturkan, dirinya menuliskan persistiwa setelah petugas menggedor pintunya, lewat imajinasi yang diciptakan secara kreatif dan sedikit liar.
Hasilnya berupa sebuah cerita pendek yang dimuat di sebuah harian nasional. Contoh lain, ketika dia terjebak banjir di jalanan Jakarta, dan pada saat yang sama sekitar enam perampok mengelilingi mobilnya. Kejadian itu di daerah persimpangan “Kapak Merah” yang memang terkenal rawan.
Teteup nggaya! Sersan, serius tapi santai!
Anita menuturkan kesal dan gregetnya, karena peristiwa yang membuat telepon selulernya diambil paksa oleh perampok, justru terjadi ketika personel polisi berada tak jauh dari tempat mobilnya terjebak. Dan para perampok itu bisa berbuat leluasa.
“Bukan sekadar menceritakan handphone saya dirampok, tetapi sekaligus cerminan bagaimana rasa aman bisa dijamin di negeri ini,” ucap lulusan program magister komunikasi Universitas Indonesia ini.
Buat para peserta, Anita pun memberikan tugas kecil. Para claser yang mengikuti pelatihan, diminta menulis rahasia kecil dalam hidupnya, yang hingga saat ini belum pernah terbongkar.
Bersama para claser dengan salam claser!
Mengapa rahasia kecil? Karena sebuah tulisan harus memiliki daya greget yang bisa merangsang orang untuk membacanya.  Rahasia membangkitkan rasa ingin tahu, dan ada kebaruan (novelty) yang bisa didapat oleh pembacanya. Sebab jika sebuah tulisan hanya datar-datar saja, orang tidak bakal tertarik. Sebab jika sebuah tulisan hanya datar-datar saja, orang tidak bakal tertarik.
Seorang peserta bernama Devi pun membacakan tulisan singkatnya. Intinya, saat masa kanak-kanaknya, dia menabung uang dengan cara cukup unik, yakni ditanam di dalam tanah.
“Namun ternyata uang itu hilang, dan hingga saat ini dia tidak tahu siapa pelakunya,” ucap Devi.
Anita pun menberi masukan. Jika rahasial kecil itu hendak dijadikan fiksi, maka harus dilakukan observasi untuk dikolaborasikan dengan imajinasi, yang boleh sedikit liar namun kreatif. Misalnya, pada akhirnya Devi berhasil mengetahui siapa gerangan pelaku pencurian terhadap tabungannya itu, baggaimana dia melakukannya, dan uang yang dicuri ternyata bisa membuat pelaku punya usaha dan menjadi kaya raya.
“Tetapi ingat, jangan sampai penulis melakukan penyimpulan sendiri. Biarlah pembaca yang menyimpulkan di dalam kepalanya, karena hakikatnya saat dia membaca tulisan kamu, telah terjadi dialog dalam pikirannya. Saat suatu karya dibaca orang, penulisnya telah mati. Yang hidup adalah persepsi di kepala pembacanya,” kata Anita.
Paparan yang seru dan inspiratif.
Sebagai rangsangan untuk membangkitkan semangat menulis, Anita meminta para claser untuk memaksimalkan pemanfaatan jejaring sosial facebook. Tak sekadar menuliskan keluhan atau sisi pribadi dari empunya akun, tetapi juga menampilkan catatan yang sedikit lebih kreatif.
Sebab, instrumen itu cukup mudah untuk melihat sejauh mana respon muncul dari pembaca. Jika “miskin” komentar, kemungkinan tulisan tersebut kurang menarik. Sebaliknya jika “banjir” komentar, boleh jadi sebagai bukti tulisan itu mampu merangsang rasa ingin tahu pembaca. (end)

1 komentar: